Rabu, 02 Mei 2018

Perbedaan Piagam Jakarta dengan Pancasila

Isi Piagam Jakarta(Jakarta Charter) 22 Juni 1945
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Tahukah kamu,kenapa piagam isi piagam Jakarta ini hampir mirip,hampir sama dengan isi pancasila sekarang?

Ini dikarenakan isi piagam Jakarta adalah rancangan untuk dasar negara Republik Indonesia saat itu.

Tahukah kamu,kenapa berbeda?

Ini dikarenakan adanya protes atau usulan dari perwakilan Indonesia timur tentang sila pertama yaitu pada poin "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dan ini mereka anggap kurang cocok dengan masyarakat Indonesia timur yang mayoritas masyarakatnya adalah non Islam. Dan akhirnya,demi kebaikan bersama dan oleh kesepakatan bersama maka diubahlah sila pertama seperti yang ada pada Pancasila yang sekarang ini yaitu "Ketuhanan yang maha esa"

Oleh: anak Todanan

Selasa, 01 Mei 2018

Sejarah Desa Todanan

Ada 2 versi cerita yang saya dapatkan tentang sejarah desa Todanan
Versi yang pertama
Pada dahulu diceritakan bahwa ada 2 orang kakak beradik datang dari pesisir utara jawa dengan berjalan kaki, kakak beradik ini laki-laki dan perempuan. Diceritakan bahwa kakak beradik ini sedang mencari sebuah tempat tinggal baru atau berkelana. Dalam perjalanan itu sendiri kakak beradik ini sampailah di wilayah desa Todanan yang sekarang dan mereka kehabisan bekal makanan, akhirnya kedua orang tersebut meminta tolong kepada warga sekitar untuk memberi makan, pada akhirnya mereka diberi banyak sekali makanan oleh warga sekitar yang memang baik. Karena suka nya kedua orang tersebut, sehingga kedua orang itu menanyakan nama desa itu, tetapi tak ada orang desa yang menjawab pertanyaan itu karena wilayah tersebut belum ada namanya, akhirnya karena kakak beradik tersebut ingin memberikan nama. Sang kakak memberi nama Tedhanan yang artinya makanan karena banyaknya makanan yang diberikan kepada kakak beradik ini. Akhirnya nama ini pun meluas akan tetapi orang orang selanjutnya mendengarnya adalah Todanan karena jarak yang jauh antara orang yang membeti tahu dengan yang lain, karena dengungan dengungan itu maka sekarang menjadi desa Todanan

Versi yang kedua
Cerita ini berkaitan erat dengan cerita orang Dalangan, dimana saya mendapatkan cerita ini. Bahwa dikisahkan dahulu ada dua orang perempuan dan laki-laki, kedua orang ini ingin membuka lahan baru dikarenakan wilayah ini masih ditumbuhi hutan yang lebat, pada akhirnya laki-laki dan perempuan itu menebang pohon untuk membuka lahan. Akhirnya laki-laki karena kekuatannya lebih besar mendapat wilayah yang lebih luas sebenarnya tetapi dikarenakan sang perempuan hanya mendapat wilayah yang kecil, perempuan itu meminta tolong kepada lelaki untuk memberikan sedikit wilayah tebangannya untuk perempuan. Pada awalnya laki-laki ini menolak dan bilang bahwa harus pada kerja masing-masing tetapi setelah dibujuk akhirnya laki-laki ini pun mau menerima tetapi dengan ketentuan yang dibuat oleh laki-laki, perempuan itu pun menerimanya. Akhirmya, dibuatlah ketentuan bahwa dikarenakan banyaknya ranting yang menjadi sampah dan perlu dibakar dibuatlah ketentuan bahwa wilayah si perempuan hanya pada seberapa luas tempat abu pembakaran ranting ranting itu dan wilayah lainnya adalah milik laki-laki. Perempuan pun menerima ketentuan itu, akhirnya dibakarlah ranting-ranting itu, akan tetapi waktu itu ada angin yang kencang sehingga berhamburanlah abu dari pembakaran itu sehingga mendapatkan wilayah yang lebih luas dan subur, sekarang menjadi wilayah desa Todanan dan wilayah laki-laki sekarang menjadi desa Dalangan

Sejarah Desa Todanan, kec. Todanan, Blora ini saya ambil dari cerita orang orang

Senin, 30 April 2018

Bagaimana Sejarah Jabat Tangan?

Bagaimana sih sebenarnya sejarah jabat tangan itu?

Mungkin sebagian orang menganggap jabat tangan adalah tindakan yang sepele karena gerakannya mudah dan dapat dilakukan siapa saja. Namun jangan salah, berjabatan tangan ini justru menjadi hal yang sangat istimewa saat ia muncul pertama kalinya.

Awalnya Jabat Tangan merupakan simbol serah terima kekuasaan dari dewa atau Tuhan kepada penguasa duniawi. Dalam sejarah Mesir yang terekam dalam tulisan Mesir kuno atau Hieroglyphic, handshake berarti “memberi” dengan gambarnya tangan dewa yang diulurkan.

Merujuk pada sejarah Mesir itulah, sekitar 1800 SM, di Babylonia, pengalihan kekuasaan pada raja berikutnya dilakukan dengan cara tangan yang diulurkan. Raja waktu itu selalu mengenggam tangan patung Dewa Marduk, dewa peradaban.

Versi Cerita Rakyat
Menurut versi cerita rakyat zaman dulu, jabat tangan dilakukan pertama kali dilakukan oleh dua orang petani yang satu sama lainnya tidak saling kenal. Ketika keduanya bertemu mereka tiba-tiba mengulurkan tangan kanannya dan saling menggenggam satu dengan yang lain.

Dalam Perkembangannya
Jabat tangan tersebut menjadi suatu gestur bahwa keduanya tidak membawa senjata tersembunyi dan menginginkan perdamaian. Akhirnya makna perdamaian ini diadopsi oleh Pengadilan Inggris pada akhir abad ke 16 untuk memberikan pelayanan yang baik pada semua orang.

Kebiasaan berjabat tangan pun akhirnya berhasil menggantikan model ciuman di mulut yang dilakukan di Inggris pada abad ke-19. Ketika para lelaki Inggris bertemu dengan wanita maka ia akan segera mencium bibirnya, meski berada di tengah kerumunan publik.

Namun sejak kebiasaan berjabat tangan berkembang cepat, lelaki Inggris lebih memilih model itu. Selain lebih sopan, jabat tangan juga menujukkan rasa hormat pada wanita. Kepopuleran jabat tangan pun akhirnya menjadi budaya dalam sejarah peradaban manusia. Di beberapa negara, jabat tangan digunakan dalam berbagai macam situasi dengan maknanya yang berbeda pula.

Dari beberapa sumber

Senin, 23 April 2018

Goa Terawang di Pagi Hari

https://youtu.be/Ed2Gcf3ZH6U

Jumat, 20 April 2018

Kenangan di Ungaran Barat

Jalan - jalan bersama di Malioboro

Berikut adalah beberapa foto kenangan di Malioboro oleh penulis

Kamis, 19 April 2018

Pagi hari di Bandungan